SANA’A – Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh bakal meninggalkan negerinya. Sehari setelah menyampaikan pidato perpisahan di televisi yang sekaligus menandai akhir kekuasaannya pada Minggu lalu (22/1), politikus yang 33 tahun berkuasa di Yaman itu kemarin (23/1) berangkat ke Amerika Serikat (AS) untuk berobat sekaligus menjalani perawatan medis. Kabarnya, dia akan dirawat di sebuah rumah sakit di Kota New York. Penguasa 69 tahun itu terbang ke AS setelah sebelumnya meneken kesepakatan transisi kekuasaan yang digagas oleh Dewan Ke rja Sama Teluk (GCC).
’’Presiden menuju AS untuk melanjutkan perawatan medis akibat serangan bom yang dialaminya di kompleks istana pada Juni tahun lalu,’’ terang Kantor Berita SABA dalam tayangan online di situsnya kemarin. Usai meneken kesepakatan dengan GCC untuk melimpahkan kekuasaan kepada Wakil Presiden (Wapres) Abdrabuh Mansur Hadi, Saleh bertolak ke Oman.
Minggu malam lalu (22/1), dia sempat menyampaikan pidato perpisahan cukup singkat di hadapan para petinggi partainya, General People’s Congress (GPC), dan media. Dalam pidatonya saat itu, Saleh minta maaf kepada rakyat Yaman atas ’’segala kekurangan’’ pada dirinya selama 33 tahun berkuasa. ’’Saya akan bertolak ke AS untuk menjalani perawatan dan akan kembali lagi sebagai pimpinan GPC,’’ ujar Saleh saat itu.
Dalam pidatonya, dia menyatakan akan kembali ke Yaman. Tetapi, tidak lagi dalam kapasitas sebagai presiden. Pernyataan tersebut sinyal bahwa penguasa veteran itu sungguh-sungguh ingin mengimplementasikan transisi di Yaman. Lantas, Minggu tengah malam dia membawa istri dan lima anaknya yang masih kecil terbang ke Oman untuk kemudian bertolak ke AS.
Saat ini, Saleh dilaporkan berstatus sebagai ’’presiden kehormatan’’ (honorary president) hingga bulan depan. Saat itu, dia tidak lagi berkuasa dan sepenuhnya digantikan oleh Mansur Hadi. Kepergian Saleh ke AS itu juga terjadi setelah pekan lalu parlemen Yaman sepakat untuk memberikan pengampunan (imunitas) kepada sekutu dekat AS tersebut.
Dengan kata lain, Saleh tidak akan terkena tindakan atau sanksi hukum apapun. Pemerintah tak akan menghakimi atas kejahatan kriminal yang dia lakukan sejak krisis politik bergolak di Yaman Januari tahun lalu. Namun, untuk mendapatkan semua itu, Saleh harus mundur. Kesepakatan parlemen dan Saleh itu selaras dengan rancangan transisi politik yang digagas GCC. Setelah suami Asama itu bersedia mundur, tongkat komando beralih ke tangan Mansur Hadi yang sejak 3 Oktober 1994 menjadi wakilnya.
Politikus 67 tahun itu bakal memangku jabatan presiden sampai pemilu presiden digelar pada 21 Februari mendatang. Meski Saleh telah pergi dari Yaman dan kursi presiden diduduki Mansur Hadi, ribuan demonstran tetap bertahan di Lapangan Perubahan, Kota Sana’a. Mereka tetap tinggal di tenda-tenda yang sengaja didirikan di sana dan berjaga sampai Yaman benar-benar lepas dari tangan Saleh. ’’Kami khawatir semua ini hanyalah bagian dari permainan Saleh. Kami akan bertahan setidaknya sampai pemilu 21 Februari nanti,’’ kata Walid Ammar, pimpinan kaum muda oposisi.
Menurut dia, masih terlalu dini bagi kelompok oposisi untuk merayakan kemenangan terkait mundurnya Saleh. ’’Kami tak akan melakukan perayaan apapun sebelum Saleh diseret ke meja hijau,’’ seru Ammar. Dia memilih untuk mengabaikan permintaan maaf yang disampaikan Saleh dalam pidato yang disiarkan langsung stasiun televisi dalam negeri. Dia bersikukuh Yaman belum sepenuhnya bebas dari Saleh sebelum pemilu presiden berlangsung dan pemerintahan baru terbentuk. (AFP/AP/hep/dwi)
0 Response to "Dapat Imunitas, Presiden Yaman Berobat ke Amerika"
Posting Komentar